Tutup. Kata itu terpasang di pintu gerbang gedung Museum Semedo yang berada di Desa Semedo Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Terlihat pintu kecil di gerbang sedikit terbuka. Dan, kami segera melangkah masuk menemui dua penjaga yang sedang bertugas.
“Maaf, masih tutup, Pak karena belum diresmikan. Rencana akan diresmikan pada bulan sepuluh,” tutur petugas kepada kami.
Kamis (23/6/2022), sekitar pukul 09.30 WIB, kami sampai di depan pintu gerbang itu. Sengaja kami tidak mengenalkan diri, karena ingin mendatangi museum itu sebagai pengunjung. Niat awal kami memang mengajak keluarga untuk wisata edukasi. Kebetulan anak-anak sedang libur sekolah. Ternyata masih tutup.
Karena belum diperbolehkan masuk, kami putar balik. Saat itu timbul rencana mampir ke rumah Ki Dakri yang tidak jauh dari museum tersebut. Kira-kira 100 meter sebelum museum, ada gang masuk menuju rumah Ki Dakri. Tentu sudah banyak yang tahu siapa Ki Dakri. Berdirinya Museum Semedo tidak lepas dari peran Ki Dakri. Dialah penemu fosil-fosil purbakala di Semedo.
Terlihat Ki Dakri duduk sedang bercengkrama di depan rumah dengan seorang warga. Rumahnya sudah berbeda. Tidak seperti saat kami berkunjung 7 tahun lalu, medio tahun 2015. Kami langsung menyalami Ki Dakri yang sudah kami kenali. Ki Dakri menyambutnya dengan ramah.
“Hari ini nanti ada tamu dari Mabes. Sepertinya dalam rangka persiapan peresmian Museum Semedo pada bulan sepuluh. Presiden yang akan meresmikan,” kata Ki Dakri saat mulai ditanya mengenai Museum Semedo.
Ketika ditanya apakah ada temuan baru lagi? Ki Dakri beranjak dan menuju ke sebelah rumah. Inilah tempat Ki Dakri menyimpan temuan-temuannya. Tempat ini hampir sama seperti 7 tahun yang lalu. Kecil dengan beberapa etalase. Fosil-fosil temuan barunya yang belum diserahkan ke Museum Semedo disimpan di etalase. Seperti gigi, kerang dan terumbu karang.
“Semua fosil-fosil temuan sudah dipindahkan ke Museum Semedo. Ini temuan yang baru,” ujarnya.
Ki Dakri menceritakan, mulai menemukan fosil-fosil purbakala itu pada tahun 2005. Saat itu belum banyak yang menyoroti temuannya. Belum juga dibuktikan apakah temuannya itu benar-benar fosil purbakala atau bukan? Namun akhirnya Balai Arkeologi Yogyakarta tertarik dengan temuan itu. Hingga memastikan bahwa temuan Ki Dakri adalah fosil berusia 1,8 juta tahun (pleiston awal) hingga 0,8 juta tahun (pleiston tengah) yang lalu.
Bagaimana perasaan Ki Dakri setelah akhirnya dibangun Museum Semedo? ia menyatakan legawa fosil-fosil temuannya disimpan di museum yang dibangun di atas tanah seluas 1,5 hektare di Desa Semedo itu. Dibangun oleh pemerintah pusat.
“Fosil ini bukan milik saya. Saya hanya perantara menemukannya untuk ilmu pengetahuan anak-anak, cucu-cucu di kemudian hari. Tidak hanya anak cucu saya, tapi semuanya,” ujar dia.
Sebelum pamit, kami sempatkan bertanya, apakah di dalam Museum Semedo ada rumah untuk Ki Dakri? “Ada ruangan cukup besar untuk saya,” ujarnya. (pp*)
INFOTEGALBREBES | Portal Beritane Wong Tegal lan Brebes