TEGALBREBES.COM (Tegal/Kramat): Anda pernah melintas ke jalur pantura? Nah, saat sampai di sepanjang jalur pantura Kabupaten Tegal, Anda pasti akan mendapati lokasi prostitusi legendaris di daerah itu, yakni Wandan.
Wandan berada di tempat yang sangat strategis, yakni Desa Munjungagung Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal. Selain jauh dari pemukiman warga, tempat prostitusi ini juga dekat dengan jalur Pantura. Di mana, setiap hari banyak para sopir truk dari luar kota yang sengaja mampir ke tempat tersebut.
Konon, Wandan adalah nama seorang warga pribumi dari Desa Munjungagung. Wandan merupakan pemborong bangunan yang memiliki sejumlah karyawan atau kuli bangunan. Selain banyak karyawan, Wandan juga memiliki banyak teman. Hampir setiap hari rumahnya digunakan sebagai tempat kumpulan para teman-temannya.
Bahkan, kala itu ada seorang temannya yang sengaja menitipkan istri mudanya di rumah Wandan. Karena rumahnya besar dan banyak kamar, Wandan akhirnya mempersilahkannya. Namun, setelah beberapa bulan kemudian, temannya tak kunjung datang. Sehingga, perempuan (istri muda, red) itu berpacaran dengan karyawannya Wandan.
“Penitipan (istri muda) itu terjadi sekitar tahun 70-an. Berawal dari itu lah, tempat ini sekarang menjadi nama Wandan,” kata Bambang Supeno, salah seorang anak kandung Wandan, yang saat ini menjadi pengurus di tempat prostitusi Wandan, Senin (25/4).
Setelah praktik penitipan istri muda itu, lanjut Bambang, Wandan kian berkembang. Perkembangan itu juga didukung dengan hadirnya sejumlah perempuan seks komersial (PSK) dari Jakarta yang eksodus ke Wandan. Pindahnya para PSK tersebut karena beberapa tempat prostitusi di Jakarta ditutup oleh pemerintah pusat.
“Waktu itu, di sini (Wandan) semakin ramai. Sebab, Wandan merupakan satu-satunya tempat prostitusi di wilayah Pantura,” ungkapnya.
Pasca munculnya Wandan, lalu disusul dengan hadirnya tempat prostitusi Gang Sempit (GS) yang berada di samping jembatan Desa Maribaya, Kecamatan Kramat. Kala itu, para kupu-kupu malam masih tercecer di tepi jalan dan jembatan.
Namun oleh pemerintah desa setempat, kemudian mereka diberi lahan untuk menetap di lingkungan GS. Itu terjadi sekitar tahun 80-an. Setelah beberapa tahun kemudian, munculah lokasi prostitusi baru yang kini disebut dengan Peleman. Lokalisasi itu berada di wilayah Desa Sidaharjo, Kecamatan Suradadi.
“Jadi, Wandan merupakan tempat prostitusi tertua di wilayah pantura Kabupaten Tegal. Mungkin usianya lebih dari 40 tahun,” tuturnya.
Dulu, kata Bambang, jumlah PSK di Wandan mencapai ratusan. Namun, setelah muncul sejumlah tempat prostitusi di wilayah Pantura, jumlahnya semakin berkurang. Kiprahnya di dunia malam juga semakin menurun karena jumlah PSK-nya lebih sedikit dibandingkan dengan Peleman. Saat ini, jumlah PSK di Wandan hanya sekitar 90 orang.
Sedangkan mucikarinya hanya 40 orang. Adapun, jumlah pedagang sekitar 60 orang. Sementara jumlah tukang parkir, tukang ojek, dan pedagang keliling, sekitar 110 orang. Dengan begitu, jumlah warga yang terdampak di lingkungan Wandan sebanyak 300 orang.
“Kalau di Wandan cuma 300 orang. Itu pun sudah termasuk dengan mucikari, PSK dan pedagang. Sedangkan di Peleman, PSK-nya saja mencapai 280 orang. Peleman sekarang lebih besar dibandingkan dengan Wandan,” bebernya.
Kendati demikian, Bambang mengaku, tidak setuju jika tempat prostitusi di wilayah Pantura ditutup. Menurut dia, jika tempat esek-esek ditutup, dipastikan penderita penyakit HIV akan semakin menyebar. Sebab, penderita tidak bisa terdeteksi. Para PSK dengan bebas berkeliaran di jalan, di warung remang, bahkan dengan cara online atau via handphone.
“Walaupun nanti ditutup, saya yakin, para PSK tidak akan alih profesi. Mereka akan tetap beraktivitas dengan caranya sendiri. Entah di warung remang, lewat HP, atau di pinggir-pinggir jalan. Dan itu sangat membahayakan untuk penularan HIV,» tandasnya. [rt]
INFOTEGALBREBES | Portal Beritane Wong Tegal lan Brebes