BREBES – Menyembelih hewan kurban adalah salah satu ibadah rutin yang dilaksanakan umat Islam ketika hari raya Idul Adha tiba. Jenis hewan yang dijadikan untuk kurban cukup beragam. Namun lazimnya di Indonesia adalah kambing, domba, dan sapi.
Jika biasanya daging kurban yang disalurkan menggunakan plastik kresek, panitia kurban di Musala Daarul Ilmi, Desa Kluwut, Bulakamba, Brebes memilih menggunakan besek dari anyaman bambu yang lebih ramah lingkungan.
Ketua pengurus Musala Daarul Ilmi, Budi Sutiono, mengatakan panitia berkomitmen untuk memperhatikan faktor kemaslahatan, kaidah/adab penyembelihan hewan kurban, hingga isu pencemaran lingkungan (Environtment Issue/Go Green).
“Dalam pengemasan daging kurban yang akan dibagikan kepada para penerima (muqorib, tetangga sekitar/kerabat, dan fakir miskin) kali ini menggunakan besek bambu dengan alas berupa daun pisang yang diikat dengan tali goni,” kata Budi
Hal ini, kata Budi, dimaksudkan untuk mengurangi sampah plastik yang sulit terurai dan beralih kepada media organik yang mudah hancur dan tidak mencemari lingkungan.
Penggunaan besek bambu dengan alas berupa daun pisang yang diikat dengan tali goni diharapkan bisa menangkis isu lingkungan dalam melaksanakan kegiatan penyembelihan hewan kurban. Hal itu juga merupakah salah satu langkah nyata dalam menyajikan atau mendistribusikan daging kurban dengan cara yang baik.
“Kami berkomitmen akan terus berinovasi dalam penyelenggaraan kegiatan penyembelihan hewan kurban di tahun berikutnya. Agar terlihat lebih akuntabel, kredibel, transparan, dan penuh tanggung jawab yang sesuai dengan syariat islam,” kata Budi.
“Termasuk rencana menggunakan sistem komputerisasi dalam melakukan pendataan muqorib, panitia, penerima daging kurban, dan lainnya,” sambung Budi.
Budi menambahkan, pertama kali penyelenggaraan penyembelihan hewan kurban di musala yang berdiri sejak 2019 itu terdapat 2 ekor sapi dan 5 ekor kambing.
“Ini perdana kita melaksanakan penyembelihan hewan kurban, dan ini capaian yang cukup memuaskan. Mengingat ini adalah pelaksanaan untuk pertama kalinya, namun kesadaran masyarakat sekitar mengenai pentingnya berkurban sudah sangat baik,” pungkasnya.
Sementara itu, Nurokhman, selaku ketua panitia penyembelihan hewan kurban menambahkan, tujuan penggunaan media besek bambu adalah agar ibadah kurban lebih sempurna.
”Ibadah Kurban adalah syariat yang sangat agung, baik makna maupun sejarahnya. Sudah selayaknya dalam pelaksanaanya jangan sampai menimbulkan permasalahan seperti sampah ataupun pencemaran lingkungan,” kata Nurokhman.
Selain itu, lanjut dia, penggunaan besek bambu juga diharapkan bisa menghidupkan roda usaha para pengrajin bambu.
“Jika semua menggunakan besek bambu, maka para pengrajin besek bambu yang mayoritas masyarakat ekonomi bawah juga akan terkena imbas positif dengan banyaknya pesanan,” tambahnya.
Biarpun terlihat tidak biasa karena ini kali pertama terdapat di Desa Kluwut dan sekitarnya, akan tetapi jika dilihat dari sisi estetika, penggunaan besek bambu jauh terlihat lebih bagus.
“Kemasan daging kurban lebih terlihat berharga dan bernilai dibanding yang menggunakan Kantong plastik,” pungkasnya. (*)
INFOTEGALBREBES | Portal Beritane Wong Tegal lan Brebes