Wartinah (60) warga Desa Bedug, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, sudah seperempat abad jualan rujak teplak dari kampung ke kampung.
“Saya jualan rujak teplak sejak saya bebojoan. Kira-kira sudah saya jalani seprapat abad,” katanya. Yang dimaksud “seprapat abad” artinya 25 tahun.
Menurutnya, mulai menjajakan dagangannya dari ke liling kampung ke kampung mulai pukul 12.30 hingga 16.00 WIB menggunakan sepeda.
“Saya berangkat jualan keliling kampung setelah salat duzur sampai pukul 4 sore,” katanya.
Dalam sehari, omzet penjualannya hanya Rp 75 ribu. Jumlah itu, menurutnya cukup untuk modal belanja dan mencukupi kehidupan sehari-hari.
Maklum, jualan rujak teplak hanya sampingan, karena ada suami. Anak-anaknya yang sudah dewasa dan sudah berkeluarga.
Meski hasilnya tak seberapa, dia bisa bertahan jualan rujak teplak hingga 25 tahun. Sebab, makanan tersebut gampang laku karena banyak disukai masyarakat.
Lebih jauh ia menuturkan, rujak teplak merupakan perpaduan racikan toge, pedoyo, lengguk, kangkung, jatung pisang, kecipir, tronggong atau kembang turi, parutan kelapa muda, dan sambal singkong.
Rujak teplak lebih asyik pabila dimakan bersama krupuk mie goreng pasir. (*)
INFOTEGALBREBES | Portal Beritane Wong Tegal lan Brebes