WARUNG “Ponggol Godong Jati” lokasinya berada di perkampungan, jauh dari kebisingan lalu lalang kendaraan. Bisa dibilang warung milik Warsa (55) itu berada di pelosok pada sebuah desa perbatasan antara Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes. Tepatnya di Desa Rajegwesi, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal.
Walau kenyataan demikian, kuliner yang satu ini banyak diburu konsumen penggila masakan tradisional.
Warung milih Warsa ini terbilang unik. Hanya dibungkus daun jati dengan sayur waluh campur tempe.
Harga seporsi cuma dibandrol Rp 8 ribu. Jika konsumen membutuhkan sambal, lauk pauk tempe goreng, atau telor dadar harga satu porsi beda lagi. Sambalnya terbuat dari cabe rawit hijau dicampur dengan bawang putih.
Sedangkan tempe yang ditawarkan full bahan kedelai tanpa campuran bahan-bahan yang lain. Bisa dibilang murni dan dibungkus dengan daun jati.
Jika pada umumnya jualan ponggol pagi hari, Warsa justru menggelar dasaran ponggolnya dari pukul 12 malam hingga menjelang subuh sekitar jam 4 dini hari.
“Ana sing tuku, Pak Warsa?” Hampir setiap konsumen yang mengunjungi pertama kali ke Warung ponggol godong jati itu, senantiasa menebar pertanyaan itu.
Dengan senyum ramah, Warsa menjawab setiap pertanyaan konsumen. Dengan santun, ia menjawab pertanyaan mereka.
“Gusti Allah memberi rejeki pada hamba-Nya bukan melulu pada pagi atau siang hari belaka. Rejeki Allah diberikan pada makhlukNya tidak terkekang oleh waktu maupun jarak,” ujarnya.
Menurutnya, kenyataan itu telah dibuktikan selama 28 tahun warungnya terus dikunjungi konsumen. Pak Warsa menekuni jualan ponggol sejak tahun 1994 hingga sekarang.
Menurutnya, konsumen yang datang menyicipi masakannya lebih banyak mereka yang menggunakan mobil. Konsumen yang datang dari berbagai daerah dan lapisan masyarakat.
“Bahkan pedangdut Annisa Bahar sudah berulangkali mampir ke warung ini. Biasanya jika mbak Annisa Bahar berkunjung ke Tegal menyempatkan waktu ke sini dengan rombongan,” ucapnya.
Ditambahkan, awal mula ia membuka warung ponggol daun jati, karena dulu ia melihat banyak warga setempat menjual kayu-kayu jati pada pukul 3 dini hari melewati depan rumahnya. Karena ia merasa trenyum, ia pun membuka warung ponggol.
“Para penjual kayu jati dulu banyak yang lewat depan rumah. Sedang tempat mereka menjual kayunya ke wilayah Brebes. Saya pun akhinya membuka warung ponggol. Eh… ternyata mereka sebelum melanjutkan perjalanan ke Brebes mampir di warung saya. Itulah awal warung ini berdiri pada tahun 1994,” cerita Warsa mengakhiri obrolan. (*pp)
INFOTEGALBREBES | Portal Beritane Wong Tegal lan Brebes