Cerita Arya Berdarah-darah Menekuni Dunia Lukis - INFOTEGALBREBES | Portal Beritane Wong Tegal lan Brebes
Follow Me INFOTEGALBREBES on Google News Follow Now!

Cerita Arya Berdarah-darah Menekuni Dunia Lukis


MESKI J. Arya Sungsang, pemuda asal Desa RengasPendawa’ Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes ini belajar melukis secara otodidak, namun hasil lukisan abstraknya tergolong memenuhi standar estetika. Wajar jika puluhan lukisannya diminati para kolektor lantaran serius menjalani profesi sebagai pelukis. Hal itu diungkap Arya–panggilan akrabnya–dengan penuh sungguh pada suatu malam di acara pagelaran seni dan pameran di Brebes.

“Sebagai pelukis yang berangkat bukan dari jenjang pendidikan, saya cukup menyadari keotodidakan saya. Oleh karenanya itu, saya mesti bersungguh-sungguh dan berusaha keras menyuguhkan karya saya sebagai karya kreatif,” tukasnya.

Untuk mencapai hal seperti itu, katanya, satu lukisan kadang kala memakan waktu berhari-hari. Hal itu senyampang bahwa, sebuah karya seni bukan seperti tengah membuat kue serabi, yang dalam hitungan beberapa detik pun selesai.

“Kerja kreatif apalagi yang namanya sebuah lukisan, sangat diperlukan kematangan daya imajinasi. Belum lagi pada saat memberi pewarnaan dengan bermacam warna perlu ditata sedemikian rupa hingga menciptakan nuansa harmonis, dari satu warna dengan warna yang lain.”

Arya mengaku, sebelum fokus menukuni aliran art painting abstrak, ia memulai kariernya sebagai perupa realis. Lambat laun, meningkat memilih aliran abstrak.

“Namun aliran abstrak saya merupakan sajian abstrak kontemporer murni dan abstraksi. Yang saya maksud dengan abstrak murni adalah tidak mengusung suatu objek. Melainkan hanya garis warna juga dimensi ruang dan bidang. Dari warna primer dan warna sekunder. Adapun yang saya maksud Abstraksi itu abstrak yang ada indikasi bentuk objek akan tetapi itu tidak transparan dan bisa diindikasikan dari warna dan garis,” terangnya.

Malang melintang Arya belajar melukis sejak tahun 2008. Ia berdarah-darah, dalam pengertian penuh perjuangan untuk menjadi seorang perupa. Tahun 2017 ia mengembara dari satu kota ke kota lain. Kota Depok, Jakarta, Salatiga, Ceribon, Semarang, Jogja dan lain sebagainya.

“Di daerah rantau saya kerja sebagai perupa dari mulai melukis natural, mural, potret, sampai kemudian saya memutuskan untuk mengambil aliran abstrak.”

Ia mengaku sebelum dirinya menjadi seperti sekarang ini, banyak ejekan dan bulian dari saudara-saudara maupun teman-teman. “Mereka bilang, hidup sebagai pelukis tidak menjamin keluarga. Namun saya tidak pedulikan mereka. Tekat saya bulat, mau hidup sebagai perupa. Dan alhamdulillah, saya bisa mengidupkan keluarga kecil saya.”

Menurutnya, agar hidup dan kehidupan keluarga tetap terjaga dari kekurangan, ia pun membuka studio di rest Area Heritage Banjaratma Km 260 B.

“Alhamdulillah banyak konsumen yang punya minat membeli lukisan saya,” ujar Arya mengakhiri obrolan dengan PanturaPost. (*pp)

INFOTEGALBREBES | Portal Beritane Wong Tegal lan Brebes


Post a Comment