Terlilit Hutang Rentenir, Lansia di Brebes Berjuang Lunasi dengan Jualan Pepes - INFOTEGALBREBES | Portal Beritane Wong Tegal lan Brebes
Follow Me INFOTEGALBREBES on Google News Follow Now!

Terlilit Hutang Rentenir, Lansia di Brebes Berjuang Lunasi dengan Jualan Pepes


BREBES, INFOTEGALBREBES – Usia senja tidak menjadi halangan untuk terus bekerja. Meskipun tubuh tidak sekuat waktu muda namun api semangat untuk bekerja tak pernah padam. Seperti yang dilakukan Mbah Karpin, kakek berusia 80 tahun di Kabupaten Brebes yang berjualan pepes keliling menggunakan sepeda.

Mbah Karpin harus tetap kuat untuk menafkahi keluarga tercinta. Hasil dari jualan kelilingnya juga untuk membayar hutang. Di tengah semangatnya mencari nafkah, Mbah Karpin terus terpikirkan hutangnya yang menggunung. Ia terlilit hutang renternir, yang bunganya berkali-kali lipat. Ini yang menjadi semangat Mbah Karpin untuk melunasi hutangnya.

Mbah Karpin yang tinggal di Desa/Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes ini terus berjuang untuk lepas dari hisapan lintah darat. Setiap hari Mbah Karpin berjualan pepes keliling kampung, meski fisiknya sudah nampak lemah. Mbah Karpin rela bersusah payah mengayuh sepeda belasan kilometer, demi menafkahi isterinya Suratmi yang berusia 70 tahun.

Selain menafkahi sang isteri, Mbah Karpin ingin segera melunasi semua hutang-hutangnya yang mencapai Rp20 juta di sejumlah koperasi dan rentenir. Setiap pagi, Mbah Karpin bersama isterinya yang menempati rumah salah satu anaknya selalu menyiapkan pepes dagangannya. Ialah pepes ikan peda, pepes ayam, pepes tahu, dan pepes jamur.

Untuk menghemat biaya, Mbah Karpin memakai kayu bakar untuk mengukus pepes sebelum dipanggang. Namun untuk memanggang pepes, Mbah Karpin terpaksa menggunakan kompor gas. Setelah pepes dagangannya siap dan dikemas, Mbah Karpin pun berangkat menggunakan sepeda kayuh. Sang isteri pun melepas Mbah Karpin dengan penuh doa.

“Terpaksa jualan keliling dari tiga tahun lalu setelah berhenti dari pekerjaan membuat batu bata. Tenaganya tidak kuat lagi mengolah tanah untuk dibuat batu bata. Karena hutang makin menumpuk, saya mencoba jualan pepes keliling,” kata Mbah Karpin, Kamis (13/1/2022).

Pada Agustus tahun lalu, Mbah Karpin menikahkan anak lelaki bungsunya. Namun karena tidak memiliki uang, ia pun kembali meminjam uang ke sejumlah bank dan rentenir. Total hutang Mbah Karpin kini mencapai hampir Rp20 juta. Sementara kelima anaknya hanya membantu seadanya. Setiap Minggu, Mbah Karpin harus menyiapkan uang Rp300 ribu untuk membayar hutang.

Meski berjualan pepes, namun uang yang didapat tidak seberapa. Dengan modal membeli bahan pepes Rp80 ribu, belum termasuk membeli gas, Mbah Karpin biasanya pulang membawa uang Rp150 ribu jika semua pepesnya terjual habis. Mbah Karpin berangkat sejak pukul 08.00 pagi hingga pukul 05.00 sore atau mendekati Magrib.

Karena kondisi kakinya yang lemas, ia kerap terjatuh dari sepedanya. Beruntung banyak warga yang menolongnya. Mbah Karpin bertekad melunasi semua hutang-hutangnya. Jika semua hutangnya lunas, ia tetap berjualan keliling, namun tidak terus menerus setiap hari, karena fisiknya yang renta.

Isteri Mbah Karpin, Suratmi pernah meminta suaminya untuk berhenti berjualan. Namun Mbah Karpin selalu menolak, karena masih memiliki tanggungan hutang. Usai berjualan, dan saat tidur malam hari suaminya tak pernah tidur nyenyak. Mbah Karpin kerap mengeluh sakit di lutut dan kakinya. Suratmi pun selalu was-was saat Mbah Karpin tak kunjung pulang meski sudah mendekati waktu Magrib.

“Saya selalu mendoakan suami saya agar tetap sehat, selamat saat berjualan dan laris dagangannya,” kata Suratmi.

Sejumlah tetangga Mbah Karpin mengaku berempati dengan kondisi Mbah Karpin yang sakit-sakitan, namun masih terus semangat bekerja meski usianya sudah tua. Ia juga mengaku sering melihat Mbah Karpin kelelahan di jalan saat berjualan. Salah satu tetangga, Eti Herawati mengatakan, pepes buatan Mbah Karpin dan isterinya ini, cukup disukari warga.

“Selain harganya yang cukup murah, rasanya enak dan sedap. Pepes buatan Mbah Karpin dijual seribu rupiah hingga lima ribu rupiah,” kata Eti.

Lebih lanjut, seorang pembeli pepes buatan Mbah Karpin, Nani Sutarmi mengatakan, saat Mbah Karpin lewat di jalan, dirinya sering menghentikan laju sepeda Mbah Karpin untuk membelinya. Menurut dia, banyak pembeli yang mengaku kasihan dengan kondisi Mbah Karpin. Ia juga sering melihat Mbah Karpin saat merasa letih setelah mengayuh sepeda belasan kilometer yang menepikan sepedanya di emperan toko untuk beristirahat sejenak.

“Kalau sudah istirahat Mbah Karpin melanjutkan perjalanannya berkeliling menawarkan pepes dagangannya,” pungkasnya.

Sumber https://gugah.id/terlilit-hutang-rentenir-lansia-di-brebes-berjuang-lunasi-dengan-jualan-pepes/

INFOTEGALBREBES | Portal Beritane Wong Tegal lan Brebes


Post a Comment