TEGALBREBES.COM (Brebes): Setelah dua tahun, tepatnya diluncurkan pada 23 Juli 2014 oleh Menteri PU Joko Kirmanto kala itu, pekerjaan tol Pejagan-Pemalang di wilayah Kabupaten Brebes akhirnya rampung 2016 ini. Keberadaan jalan tol tersebut sebagai bagian program Java Trans Tol. Di mana digadang-gadang bakal mampu mengatasi kepadatan lalu lintas di jalur Pantura Jawa.
Ruas Pejagan-Pemalang merupakan kelanjutan dari tol Kanci-Pejagan yang sudah lebih mendarat di Kabupaten Brebes. Sesuai desain, jalan bebas hambatan Pejagan Pemalang itu membentang di wilayah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Pemalang. Konstruksinya menggunakan perkerasan kaku ( rigid pavement ) dengan jumlah jalur 2x2 lajur pada tahap awal, dan 2x3 lajur pada tahap akhir.
Tol Pejagan-Pemalang mempunyai total panjang 57,5 kilometer (Km). Terbagi atas empat seksi, yaitu seksi I Pejagan-Brebes Barat dengan panjang 14,20 km, seksi II Brebes Barat-Brebes Timur dengan panjang 6 km, seksi III Brebes Timur-Tegal Timur dengan panjang 10,40 km, dan seksi IV Tegal Timur-Pemalang dengan panjang 26,90 km.
Kini tol Pejagan-Pemalang di Brebes sudah jadi. Bahkan sudah dibuka untuk arus trasnportasi massal. Jalan bebas hambatan itu juga sudah beberapa kali dioperasikan pada beberapa momen libur panjang, dimana arus kendaraan di pantura Brebes padat.
Secara umum kondisi infrastruktur fisik jalan sudah layak dilalui kendaraan. Kombinasi rigid keras dan aspal hotmix saling sambung menyambung dari Pejagan sampai pintu Brebes Timur. Marka jalan beserta rambu-rambu lalu lintas juga cukup menjadi penunjuk bagi pengguna jalan.
Di beberapa titik, pengelola tol juga menyediakan jembatan penyebrangan orang (JPO), hingga jalan setapak di sisi tol juga terlihat ada di beberapa wilayah yang merupakan area persawahan.
Di jalur ini juga tersedia rest area di sekitar wilayah antara Pejagan hingga Cimohong. Di rest area masih terlihat belum selesai dikerjakan. Begitu juga akses pintu keluar di Klampok menuju Pantura masih terlihat belum selesai dikerjakan. Beberapa alat berat masih dioperasionalkan di sana.
Kasat Lantas Polres Brebes AKP Arfan Zulfan Sipayung mengatakan, jalan sepanjang 20 kilometer ini secara teknis sudah mencapai seratus persen. Pihak pengelola jalan tol juga tengah menjalani uji kalayakan kualitas jalan untuk dioperasikan pada arus mudik Lebaran tahun ini.
Bahkan, pihaknya sudah menyiapkan sarana pendukung pos lalu lintas yang disiapkan pada tiga tiga pintu keluar. Yaitu, di exit Pejagan Kecamatan Tanjung, exit Klampok Kecamatan Wanasari, dan exit Kaligangsa atau Brebes Timur Kecamatan Brebes.
Pada tiga exit tol itu nantinya juga difungsikan untuk rekayasa lalu lintas, ketika terjadi kepadatan di dalam tol saat arus mudik lebaran berlangsung. “Pengelola tol ini juga akan menyediakan satu tempat rest area seluas satu hektare untuk para pemudik. Ini dapat digunakan sebagai kantong parkir saat arus dalam tol mengalami kepadatan,” ungkapnya.
Bagi pengendara keberadaan tol tersebut merupakan berkah, karena bisa menghindari kepadatan lalu lintas di wilayah Pantura. Selain itu bisa menghembat waktu. Dari Pejagan menuju pintu Brebes timur hanya memakan waktu kurang dari 20 menit.
Tol ini juga digadang-gadang akan mengakselerasi jalur distribusi perekonomian antara daerah di pulau Jawa. Secara makro, tol sangat menunjang faktor pendukung aktivitas perekonomian nasional.
Seperti layaknya mata pisau, tol bisa berdampak positif tapi juga bisa menimbulkan kerugian bagi pihak lainnya. Masyarakat Kabupaten Brebes misalnya, tidak bisa seluruhnya mengharapkan ada tol di wilayah tersebut.
Keberadaan tol dianggap akan mengancam roda perekonomian, pertanian maupun interaksi sosial masyarakat. Sepinya jalur Pantura juga diyakini bakal menurunkan omzet pedagang lokal ke depan.
Jika merunut ke belakang, sejak dimulainya proses pembangunan tol di Brebes, yakni di Seksi I dan Seksi II bukannya tanpa kendala. Dari mulai pembebasan lahan, hingga riak-riak perebutan ‘kue proyek material’, demonstrasi warga yang menolak hingga protes keras warga yang merasa urat nadi kepentingannya ikut tersumbat hadirnya jalur tol tersebut. Dus, beragam cara pun ikut mewarnai aksi warga dalam interval waktu dua tahun belakangan. Sorotannya satu, imbas pekerjaan tol!
Pembebasan rumah dan tanah Darsiti ikut menyeruak mewakili sulitnya pembebasan. Sebelum akhirnya dibayar lebih tinggi, rumah Darsiti dibiarkan berdiri di tengah lintasan jalan hingga membuat geger Indonesia. Sejumlah warga desa yang terpotong lintasan tol pun tidak sunyi dari suara. [rt]
INFOTEGALBREBES | Portal Beritane Wong Tegal lan Brebes